Assalamu'allaikum wr.wb

Selasa, 18 September 2012

Cerpen


AKHIR KESETIAAN
(Sudut Pandang Orang Ketiga)


            Cinta memang bisa dirasakan oleh siapa saja, entah itu remaja ataupun dewasa bisa merasakannya, namun tak seperti gadis yang satu ini, gadis itu ialah Aya. Ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar dengan tingkah laku yang masih seperti anak kecil pada umumnya.

            Hari-hari di sekolah ia jalani dengan ceria bersama teman-temannya, tak ada hal yang membuat mereka bermusuhan. Hari demi hari ia jalani hingga suatu saat diwaktu jam istirahat di sekolah ia menerima sepucuk surat dari salah satu anak laki-laki adik kelasnya yang bernama Awan.

            “Kak, ini surat untuk kakak.” kata Awan.

            “Surat apa ini Wan ?” tanya Aya.

            “Kakak baca sendiri saja.” ucap Awan.

            Aya langsung membuka sepucuk surat yang ia terima. Kalimat demi kalimat ia baca hingga ia mengetahui dan mengerti isi surat tersebut.

Ia tak menyangka surat yang berisikan sebuah kejujuran tentang perasaan itu dari Koko adik kelasnya yang akrab dengannya. Ia tak mengerti harus berbuat apa,.

            Mulai saat itu ia tak pernah lagi mau berbicara apalagi bertemu dengan Koko adik kelasnya itu. Hingga tiba saatnya Aya pun harus meninggalkan masa-masa ceria di Sekolah Dasarnya dan melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama, sampai saat itu Aya pun belum mau menjalin komunikasi dengan Koko.

            Lambat laun Aya pun mulai beranjak dewasa dan menyadari akan keangkuhan sifatnya terhadap adik kelasnya itu. Hingga suatu saat ia mulai mencoba menjalin komunikasi dengan Koko.

            Komunikasi yang mereka jalani membuat Aya semakin dekat dengannya, hingga terjalin sebuah hubungan yang didasari oleh rasa cinta. Hubungan yang mereka rajut dengan cinta dan sebuah janji kesetiaan membuat hubungan itu berlangsung hingga satu tahun.

Walaupun jarak yang memisahkan mereka, namun hal itu tak lantas menjadi penghalang bagi mereka. Hubungan itu tak selalu berjalan dengan manis, hingga suatu ketika Aya pun tak lagi menerima kabar dari Koko.

Aya selalu berusaha menghubunginya namun tak pernah ada hasilnya. Dua tahun sudah mereka kehilangan komunikasi dan tak pernah bertemu kembali. Koko menghilang bagai ditelan bumi dan tak pernah ada kabarnya lagi.

Kekecewaan dan luka yang hanya bisa ia rasakan saat itu, tak ada semangat lagi dalam dirinya untuk melewati hari-harinya. Seiring berjalannya waktu, ia pun bisa melupakan segala hal yang membuatnya terluka dimasa lalunya.

Rasa semangat mulai tumbuh lagi di dalam dirinya setelah ia dekat dengan Kiki, salah satu teman laki-lakinya. Kedekatan mereka tak berhenti hanya sebatas pertemanan biasa, namun berlanjut sebagai sepasang kekasih.

Kiki selalu meyakinkan hati Aya bahwa ia akan selalu setia dan tak akan pernah menyakitinya. Aya pun percaya akan kesungguhan hati Kiki. Hari-hari selalu mereka lewati dengan kebersamaan hingga hubungan mereka berlangsung hingga dua tahun.

Selama hubungan itu berlangsung masih terlihat seperti biasanya, tak ada pertengkaran diantara mereka. Satu bulan telah berlalu, Aya pun mulai merasakan ada yang aneh dari diri Kiki. Aya tak mengerti hal apa yang tengah terjadi di dalam diri Kiki yang kini jarang menemuinya.

Sore hari sambil jalan-jalan Aya berniat untuk menemui Kiki, di jalan ia melihat Kiki bersama seorang wanita mereka terlihat sangat akrab. Tak berfikir panjang Aya pun langsung menghampirinya.

“Hai Kiki… ?” sapa Aya dengan santai seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka.

“Oh..iya hai juga.” jawab Kiki dengan gugup.

“Dia siapa Ki ?” tanya wanita itu sambil menunjuk kearah Aya.

“Aku temannya Kiki, kamu sendiri siapa ?” sahut Aya dengan ketus.

“Aku Vivi, pacarnya Kiki.” jawab wanita itu dengan santai.

Emosi Aya semakin memuncak ketika ia mendengar jawaban itu, ia pun langsung pergi meninggalkan mereka dengan rasa kekecewaan yang mendalam dalam dirinya. Kemarahan dalam diri Aya tak membuatnya membenci Kiki.

Saat itu pula Aya mengakhiri hubungannya bersama Kiki. Berakhirnya hubungan itu tak lantas membuat Aya mengakhiri perasaannya terhadap Kiki. Ia pun masih bertahan akan perasaannya.

Ia percaya bahwa suatu saat nanti ia bisa bersama kembali bila memang ditakdirkan untuk bersama.

Semenjak itu Aya tak lagi menjalin hubungan dengan orang lain. Hari-hari ia jalani sendiri.
Rasa sakit dihatinya masih ia rasakan, dan tak mudah untuk ia lupakan. Ia masih setia menunggu cinta yang telah ia miliki di masa lalunya. Cinta yang benar-benar telah membuatnya hancur dan terluka.

Penantian panjang itu tak berakhir dengan kebahagiaan, disaat Aya pun harus mengetahui bahwa Kiki kini telah bersama yang lain, air mata pun mengalir dari kelopak matanya.

Semua rasa berkecamuk dalam dadanya, ia hanya bisa melamun dan menangis setiap harinya. Tak ada lagi senyum yang terlukis di wajahnya. Kesendirianlah yang menjadi kawan sejatinya.

Hal itu berlangsung berlarut-larut dan semakin memperburuk keadaannya. Berteman dengan kesendirian membuatnya semakin merasa kesakitan, ia pun tak mau bila hal itu menyiksa dirinya lebih dalam lagi.

Akhirnya ia pergi ke taman, dimana tempat itu menjadi sebuah kenangan di masa lalunya bersama Kiki. Kesedihan dalam dirinya pun tak dapat ia sembunyikan lagi, setelah ia tiba di tempat itu.

Air mata tak berhenti mengalir dari matanya, ia luapkan segala rasa kekecewaan dan sakit hati yang berkecamuk dalam dirinya. Ia pun larut dalam lamunan akan baying-bayang Kiki di masa lalunya.

Sesaat dalam lamunannya, seseorang datang menghampiri dan mengusap air matanya. Aya pun tak menyangka bahwa seseorang itu adalah Kiki.

“Kenapa kamu menangis ?” tegur Kiki sambil menatapnya.

“Aku tidak apa-apa. Kenapa kamu bisa ada di tempat ini ?” tanya Aya.

“Aku selalu pergi ke tempat ini dengan harapan aku bisa bertemu denganmu.” Jawab Kiki sambil melangkah meninggalkan Aya.

Aya tak mengerti dengan jawaban Kiki.

“Apa maksud ucapanmu itu ?” sahut Aya melangkah menghampiri Kiki.

“Iya, aku memang sangat ingin bisa bertemu denganmu karna ada hal yang ingin aku katakan kepadamu.” jawab Kiki.

“Hal apa yang ingin kamu katakan ?” sahut Aya yang berdiri tepat di hadapan Kiki.

“Aku sadar aku memang telah menyakitimu, namun sungguh perasaanku tak pernah berubah kepadamu. Aku masih sangat menyayangimu.” jelas Kiki.

“Lalu kenapa kau menyakitiku seperti ini ?” bentak Aya dengan meneteskan air mata.

Kiki semakin tak kuasa melihat air mata itu jatuh dari mata Aya, gadis yang masih ia sayangi. Ia pun memeluknya dan meyakinkannya.

“Aku minta maaf, karna aku telah menyakitimu. Namun aku sadar bahwa aku benar-benar menyayangimu dan aku menyesal telah menyakitimu. Aku ingin bersamamu seperti dulu, aku mohon ijinkan aku tuk bisa bersamamu lagi.” pinta Kiki.

“Lalu bagaimana dengan kekasihmu itu ?” sahut Aya dengan nada lirih.

“Aku sudah tak bersamanya lagi, karna aku ingin bersamamu.” jawab Kiki yang meyakinkan Aya.

“Aku takut hal itu terulang lagi.” ucap Aya yang belum yakin akan perasaannya.

“Ay, aku yakin rasa dalam hatimu masih ada untukku. Aku akan membuktikan semua janjiku kepadamu.” jelas Kiki.

Aya gugup dan tak yakin akan hal itu, namun Kiki dapat meyakinkan hati Aya hingga akhirnya ia mau menerima permohonan Kiki.

Semenjak itu mereka bersama kembali menjalani kehidupan yang baru dan melewati segala hal yang menyakitkan di masa lalu.

Sebuah penantian dan kesetiaan pada satu hati, membawa Aya pada suatu kebahagiaan yanmg pernah terenggut sebelumnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar